Members Login
Username 
 
Password 
    Remember Me  
 

Topic: Musim Mudik, Tukang Receh Diburu

Page 1 of 1  sorted by
Moderator
Status: Offline
Posts: 2486
Date:

Musim Mudik, Tukang Receh Diburu

Jakarta - Menukar mata uang asing dengan lokal demi mendapat keuntungan dari selisihnya, lumrah di mana-mana. Tetapi menukar mata uang lokal dengan lokal hanya terjadi di saat-saat dan tempat-tempat tertentu di Jakarta.


Jika Anda butuh recehan dan enggan melangkahkan kaki ke Bank Indonesia, langkahkan saja kaki Anda ke Terminal Kampung Melayu. Di terminal ini, tukang receh -- julukan untuk pihak yang ditukar uangnya -- siap membantu Anda.


"Dulu tukang receh hanya ada pas musim mudik saja, sekarang ada setiap hari," ungkap salah seorang sopir bus Doa Ibu, Yana (50) yang sedang ngetem di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Selasa (10/10/2006).


Para tukang receh ini, menurut Yana, menjadi sasaran para sopir atau penumpang yang ingin menukarkan uangnya dengan pecahan Rp 1.000 atau Rp 10.000.


Dari setiap Rp 100 ribu yang ditukarkan, para sopir atau penumpang hanya mendapatkan Rp 95 ribu. Sementara jika uang yang ditukarkan Rp 50 ribu, mereka hanya akan mendapat Rp 47.500. Selisih Rp 5.000 dan Rp 2.500 itulah keuntungan yang dikantongi sopir atau penumpang.


Walaupun keuntungan yang diperoleh tidak banyak, salah satu tukang receh bernama Linda (32) mengaku senang melakoni profesi ini.


"Saya hanya mendapat komisi Rp 5.000 dari setiap penukaran Rp 100 ribu atau Rp 2.500 dari Rp 50 ribu. Sedikit sih untungnya, tapi tidak bikin saya capek," tutur Linda sambil tersenyum.


Linda mengaku sudah melakoni pekerjaannya ini sejak tahun 1995. Setiap harinya, dia mendapatkan keuntungan antara Rp 15 ribu sampai Rp 75 ribu.


"Dulu saya kerja di garmen tapi saya nggak kuat. Saya lalu diajak teman, katanya jadi tukang receh enak, terus saya ikut," kata wanita yang tinggal di daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur itu.


Di terminal Kampung Rambutan, imbuhnya, ada sekitar 8 tukang receh tetap. "Tapi sebenarnya lebih banyak. Cuma, mereka datang ketika ramai saja," tuturnya.


Linda mengaku keuntungan yang diperolehnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang minimal Rp 15 ribu/hari. Ini berarti, dia minimal harus melakukan transaksi penukaran uang minimal Rp 300 ribu per hari.


Uang untuk modal menukar itu, aku Linda, diperolehnya dari meminjam kepada seorang rentenir. Dia juga mendapatkan uang receh dari kenalannya yang biasa menukarkan uang pecahan dalam jumlah banyak ke Bank Indonesia. Dia mengaku sengaja minta tolong kenalannya, karena jika melalui jalur biasa, maksimal uang yang harus ditukarkan Rp 500 ribu, tidak bisa lebih.


Dijelaskan Linda, sedikitnya setiap hari dia mengantongi modal uang receh Rp 5 juta. "Kadang Rp 10 juta kalau lagi ramai. Tapi kalau sepi, biar bawa Rp 5 juta, kadang-kadang nggak ada yang nukar," katanya.


Sementara salah satu teman Linda, Riris mengaku dimodali oleh bosnya. "Saya cuma nukarin uang bos," ujar Riris yang mengaku aman-aman saja membawa uang jutaan rupiah setiap hari.


Akan halnya Titin, dia mengaku awalnya hanya ikut-ikutan saja, tetapi lama kelamaan dia menyukai pekerjaan tersebut. "Untungnya lumayan sih setiap hari," kata dia.


Para tukang receh ini mengaku tidak pernah berebut sopir atau penumpang yang akan menukarkan uang. Mereka mengaku saling mendukung.(umi/sss)


Sumber : A. Ukay S. Subqy - detikcom


NB : Wow Kreatif yach ...



-- Edited by anomjail146 at 20:44, 2006-10-10

__________________

Have a Nice Day

Page 1 of 1  sorted by
Quick Reply

Please log in to post quick replies.



Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard