Denpasar (BisnisBali) -Untuk menghindari mobil “kencing” di jalan, Pertamina telah melakukan kerja sama dengan pihak kepolisian. Di samping itu, Pertamina dan Himpunan Swasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswanamigas) juga memasang perangkat global positioning system (GPS) sehingga posisi mobil tangki yang mengangkut bahan bakar minyak (BBM) bisa dimonitor.
Ketua Hiswanamigas Bali, Dewa Astama mengatakan, saat ini sudah 50 persen dari 70- 80 unit mobil tangki yang mengangkut minyak tanah (MT) dipasang GPS. ‘’Memang semua mobil tangki akan dipasang perangkat GPS. Namun karena kendala dana untuk membeli GPS, saat ini baru terealisasi 50 persen. Harga 1 unit GPS diprediksi mencapai Rp 10 juta,’’ ujarnya, di Denpasar, Senin (2/1) kemarin.
Penggunaannya, kata dia, tidak hanya pada mobil pengangkut MT, namun nantinya semua mobil pendistribusian BBM akan dipasang alat canggih ini. ‘’Selama uji coba ini hasilnya cukup baik. Namun nantinya semua mobil pengangkut BBM akan dipasangi GPS. Mobil pengangkut MT, akan dimonitoring dari depo hingga ke pangkalan. Sementara mobil pendistribusian BBM akan diawasi dari depo hingga ke masing-masing SPBU,’’ ungkapnya.
Lantas, seperti apa teknologi GPS tersebut?
GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dapat digunakan oleh banyak orang, sekaligus dalam segala cuaca. Piranti ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang relatif teliti dan informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia.
Dalam penentuan posisi, GPS dapat memberikan ketelitian posisi yang spektrumnya cukup luas. Dari yang sangat luas (orde moliter, relatif) sampai yang biasa-biasa saja (orde puluhan meter, absolut). Kecepatan wahana yang bergerak juga dapat ditentukan oleh GPS, asalkan wahana tersebut vdilengkapi dengan alat penerima sinyal GPS. Ketelitian berorde cm/detik sampai km/detik dapat diperoleh dalam hal ini.
Selain memberikan informasi tentang waktu, GPS juga dapat digunakan untuk menstransfer waktu dari satu tempat ke tempat lain. Ketelitian sampai beberapa nanodetik dapat diberikan oleh GPS untuk transfer waktu antarbenua. Sistem GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia, mulai dari aplikasi-aplikasi rekreatif, olah raga hingga ilmiah. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan terutama yang terkait aplikasi yang menuntut informasi tentang dan kecepatan, termasuk di bidang kelautan.
Untuk dapat menjalankan aplikasi GPS di darat maupun di lautan, perlu dibangun 3 infrastruktur teknis jasa GPS, seperti jaringan stasiun tetap GPS, jaringan stasiun referensi DGPS (DGPS correction provider) dan sistem vessel traffic services (VTS). Stasiun tetap GPS adalah stasiun yang mengamati secara kontinyu (24 jam per hari), secara terus-menerus satelit-satelit GPS. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan receiver GPS tipe geodetik dua frekuensi.
Sistem DGPS adalah suatu akronim yang sudah umum digunakan untuk sistem penentuan posisi real time diferensial. Ketelitian tipikal yang diberikan oleh sistem DGPS adalah berkisar 1 sampai 3 m. Pengguna di Indonesia yang menggunakan sistem DGPS umumnya memakai koreksi diferensial yang dikirim oleh sistem stasiun referensi DGPS yang dioperasikan pihak asing.
Sistem VTS dapat didefisinikan sebagai sistem terpadu yang mencakup personil, prosedur operasional, peralatan dan peraturan-peraturan yang ditujukan untuk pengelolaan lalu lintas laut misalnya. Dalam lalu lintas laut, kapal-kapal yang dilengkapi dengan receiver GPS secara otomatis menstransmisikan posisinya dari waktu ke waktu ke pusat kontrol. Hal yang sama akan terjadi, bila mobil tangki dipasang receiver GPS. Receiver GPS yang terpasang pada mobil tangki ini akan mengirim sinyal tiap saat ke pusat kontrol untuk diketahui posisinya. *nat/net