Members Login
Username 
 
Password 
    Remember Me  
 

Topic: Membunuh Demi 15 Ribu Rupiah

Page 1 of 1  sorted by
Administrator
Status: Offline
Posts: 150
Date:

Membunuh Demi 15 Ribu Rupiah

Reporter : Meylani Mayasari
Juru Kamera : Andi Trisna Pramudya


indosiar.com, Tallo - Januari lalu, seorang pengusaha bawang di Pasar Panampu, Kecamatan Tallo, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas di lantai dua rumahnya dengan sebuah tusukan senjata tajam di perut sebelah kanannya.


Meski pembunuhan itu disaksikan anak korban, kasusnya sempat menjadi teka teki selama beberapa bulan. Petunjuk yang ada hanya ingatan anak korban pada suara dan postur tubuh kedua orang perampok.


Didalam salah satu bangunan rumah toko inilah, Suhartini (34), salah seorang pengusaha bawang di Pasar Panampu, Kecamatan Tallo, Sulawesi Selatan tewas dibunuh. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 3 dini hari pada tanggal 7 Januari lalu. Pada hari itu, korban tinggal di rumah hanya berdua dengan anak ketiganya Herawati. Herawati yang menjadi satu-satunya sanksi kunci peristiwa itu, menyebutkan dua orang kakaknya tinggal di luar kota untuk bekerja. Dan dua orang adiknya tinggal di kabupaten lain bersama nenek mereka.


Sementara ayah mereka, seperti biasa dua kali dalam sebulan berada di kota Bima, NTB, untuk membeli bawang yang kemudian dibawa ke kota Makassar untuk dijual. Setelah beberapa jam terlelap di kamar bersama sang ibu, tak lama kemudian dirinya mendengar suara ribut di luar kamar.


Alangkah terkejutnya Herawati ketika berhadapan dengan dua orang bertopeng di dalam rumahnya. Sementara sang ibu sudah tergeletak bersimbah darah tak berdaya. Dibawah todongan senjata tajam yang dibawa oleh salah satu perampok, Herawatipun menuruti perintah mereka untuk menunjukkan tempat penyimpanan uang ibunya di lantai bawah rumah mereka. Setelah berhasil memperoleh yang mereka inginkan, kedua perampok inipun langsung pergi meninggalkan korban dan anaknya.


Melihat kesempatan itu Herawati langsung berteriak minta tolong. Hanya berselang beberapa menit, para tetangganya pun berdatangan. Namun mereka tak dapat melakukan pertolongan yang cepat dan berarti kepada korban.


Mereka hanya menunggu diluar rumah, hingga pihak kepolisian datang ke tempat kejadian perkara. Pihak kepolisian yang memperoleh laporan tersebut langsung datang melakukan penutupan dan olah tempat kejadian perkara. Tidak banyak bukti yang diperoleh ditempat itu. Namun anak korban yang menjadi satu-satunya saksi memberikan petunjuk yang sangat berarti. Dia mengenal suara perampok tersebut. Menurutnya, suara itu pernah didengarnya.


Berbagai upaya dilakukan pihak kepolisian untuk mengungkap kasus ini. Dari 12 saksi yang diperiksa, baik dari pihak keluarga, tetangga maupun teman-teman korban, tidak satu orang pun dapat memberikan petunjuk yang berarti kepada pihak kepolisian. Dari salah satu waria yang tinggal tidak jauh dari rumah korban menuturkan. Bersama beberapa orang temannya, dirinya sempat melihat sekelompok anak muda yang berjalan hilir mudik didepan rumah korban pada malam itu.


Salah satu diantaranya menyembunyikan sebuah parang dibalik belakang bajunya. Pihak kepolisian pun mulai melakukan penyelidikan kepada kelompok-kelompok preman yang sering meresahkan warga di komplek Pasar Panampu tersebut. Sudah menjadi rahasia umum, Pasar Panampu adalah kawasan yang rawan akan pencurian.


Perlu beberapa bulan untuk mengungkap kasus pembunuhan yang menimpa pengusaha bawang Suhartini. Salah satu pelaku perampokan ditangkap di Jalan Kalimantan, Makassar tempat para perampok tersebut bersembunyi. Ternyata para pelaku adalah buruh lepas yang biasa bekerja membantu korban. Lebih mengejutkan lagi setelah membunuh, para tersangka hanya membawa kabur uang sebanyak 15 ribu rupiah.


Berminggu-minggu pihak kepolisian Polsek Tallo melakukan pemantauan terhadap kelompok-kelompok preman yang berada di lokasi Pasar Panampu dan sekitarnya. Dua orang kakak beradik yang tinggal tidak jauh dari rumah korban pun dicurigai merupakan pelaku perampokan.


Kakak beradik yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang becak tersebut diketahui sering melakukan sambung ayam. Tak jarang juga terlihat membantu korban sebagai buruh lepas bila pasokan bawang dari Bima, NTB yang dibawa oleh suami korban datang.


Rupanya setelah mengetahui gerak-gerik mereka mulai diikuti oleh pihak kepolisian, kedua kakak beradik inipun langsung menyembunyikan diri. Tak lama berselang pada tanggal 3 Februari lalu, persembunyian mereka di salah satu sekolah di Jalan Kalimantan, kota Makassar berhasil diketahui pihak kepolisian.


Namun pihak kepolisian hanya berhasil menangkap salah satu tersangka yaitu Ramli sang kakak. Sementara sang adik yang bernama Jamal melarikan diri melalui plafon sekolah.


Pencarian pun terus diupayakan dengan memasukan Jamal ke daftar pencarian orang. Setelah mengecoh petugas kepolisian Talo pada awal April, Jamal pun tertangkap pihak kepolisian Polsek Basapu, Kabupaten Bantean.


Penangkapan itu bukan karena kasus pembunuhan tersebut, tetapi karena kasus pencurian ayam. Salah satu tokoh masyarakat Bantean yang mengenali Jamal mengatakan, bahwa tahanan tersebut adalah tersangka yang saat itu diburu oleh pihak Polsek Tallo. Selain itu secara turun temurun, keluarga tersangka terkenal memiliki catatan kriminal diberbagai kabupaten.


Berdasarkan informasi itu, Polsek Basapu pun menyerahkan Jamal ke Polsek Tallo. Kepada petugas kepolisian, baik Ramli maupun Jamal langsung mengakui perbuatannya. Ramli mengungkapkan, bahwa dirinyalah yang mengusulkan untuk melakukan perampokan di rumah korban.


Menurut Ramli, malam itu dirinya dan Jamal memanjat tiang listrik untuk mencapai lantai dua rumah korban. Sementara untuk masuk ke dalam rumah, pintu rumah korban dicungkil dengan menggunakan obeng. Aksi kedua tersangka ternyata membangunkan korban, karena menimbulkan suara yang mencurigakan.


Perlawanan dari korban ternyata membuat para tersangka kalap. Akhirnya untuk membungkamnya korban pun dihabisi. Namun setelah membunuh korban, kedua tersangka itu sangat kecewa karena hasil yang mereka peroleh hanyalah 15 ribu rupiah, tidak seperti yang mereka harapkan. Sebelum kejadian, kedua tersangka sempat bekerja membantu korban sekitar 3 bulan. Selain membantu mengangkat bawang belanjaan korban, tak jarang juga mereka mengantar korban ke bank dengan menggunakan becak milik mereka. Dari situlah timbul pikiran, bahwa korban memiliki dan menyimpan uang dalam jumlah besar dalam rumahnya.


Mengetahui kedua orang anaknya terlibat dalam perampokan yang menewaskan Suhartini, orangtua tersangka dan kelima adiknya langsung meninggalkan rumah kontrakan mereka untuk menghindari kemungkinan amuk massa. Namun inilah yang menjadi kunci tertangkapnya para tersangka.


Rumah kontrakan kedua orangtua tersangka baru ditinggali sekitar 3 bulan sebelum peristiwa terjadi. Rumah itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah korban. Namun rumah kontrakan itu sudah ditinggal pergi oleh kedua orangtua tersangka dan kelima adiknya ketika mengetahui bahwa anak pertama dan kedua mereka adalah pelaku perampokan dan pembunuhan terhadap korban Suhartini.


Menurut salah satu tetangga keluarga tersangka, para tersangka maupun keluarganya dikenal tertutup terhadap para tetangga. Bahkan pada saat mereka pergi meninggalkan rumah, hanya sebagian tetangga yang sempat melihat mereka.


Sementara sahabat korban mengungkapkan, sejak awal dirinya menduga bahwa para perampok tidak memperoleh hasil rampokan yang banyak. Karena korban dikenalnya tidak pernah menyimpan uang dalam jumlah banyak di rumahnya. Hasnah sangat terkejut dengan aksi para tersangka yang selama ini dikenalnya baik-baik saja.


Padahal korban mempekerjakan mereka untuk membantu menambah pendapatan mereka. Herawati mengatakan dirinya tidak memiliki firasat apapun sebelum peristiwa itu terjadi. Apalagi ibunya juga bersikap seperti biasa saja. Namun beberapa hari sebelum peristiwa, ibunya sempat membelikannya beberapa baju baru tanpa dia minta terlebih dahulu. Berbagai kecaman muncul terhadap kedua tersangka yang dinilai tidak tahu berterima kasih. Mereka berharap agar tersangka diberi hukuman yang setimpal.


Dari hasil kesimpulan pemeriksaan terhadap para tersangka diketahui bahwa motif pembunuhan terhadap korban adalah murni perampokan. Dan atas aksinya tersebut, pihak kepolisian mengenakan pasal 365 ayat 4 KUHP pencurian dengan kekerasan dengan maksimal hukuman 20 tahun penjara.


Kini kedua tersangka hanya dapat pasrah menunggu vonis yang akan dijatuhkan kepada mereka. Namun yang lebih membuat mereka sedih, sejak kejadian itu tak ada kabar tentang keberadaan keluarga mereka. (Sup)


GIMANA NASIB NEGARA KITA KALAU HANYA DEMI UANG Rp15.000 MEREKA RELA MEMBUNUH SESAMANYA !!!



__________________
email : error.diamon@gmail.com
Moderator
Status: Offline
Posts: 2486
Date:
Menyedihkan sekali ! Ga berani komentar

__________________

Have a Nice Day

Moderator
Status: Offline
Posts: 853
Date:


__________________
Moderator
Status: Offline
Posts: 383
Date:

yah ammpunnnn sadis amit tuh orang ..masa cuman duit 15 ribu ngebunuh sihhhhhhhh




__________________

maju tEruS panTanG mUnDur . . Lo mundur muLu kapan maJu na ..!!

Moderator
Status: Offline
Posts: 624
Date:
quote:

Originally posted by: dekna

"yah ammpunnnn sadis amit tuh orang ..masa cuman duit 15 ribu ngebunuh sihhhhhhhh "


creng.........demen ama uang 15 ribu yah , lumayan tuh buat beli bakso ber-4 plus teh botolnya


hehehee



__________________
God Bless You ^_^
Maniac in Training
Status: Offline
Posts: 122
Date:
Anjrit itu bukan orang kejem banget tuh udah hukum mati saja supaya ga lagi ada yang seperti itu

__________________
Moderator
Status: Offline
Posts: 383
Date:

creng.........demen ama uang 15 ribu yah , lumayan tuh buat beli bakso ber-4 plus teh botolnya



hehehee


Ngidang gen koncreng ne pukkkkkkkkkkk



__________________

maju tEruS panTanG mUnDur . . Lo mundur muLu kapan maJu na ..!!

Page 1 of 1  sorted by
Quick Reply

Please log in to post quick replies.



Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard