Denpasar (BisnisBali) - Meski kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan diumumkan pada Oktober mendatang, beberapa kebutuhan pokok dan elektronik sudah mengalami peningkatan harga. Di sisi lain masyarakat masih kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah (MT). Jika pun ada harganya telah mencapai Rp 2.500 per liter di tingkat pengecer dan untuk memperolehnya masyarakat harus rela antre.Meski harga BBM belum naik, kata Asosiasi Pengusaha Pedagang dan Distributor Gula Bali (AP2DGB), I Ketut Merdantha, harga beberapa kebutuhan pokok sudah meningkat. Dia mencontohkan harga beras super yang sebelumnya hanya mencapai Rp 3.150 per kg, kini sudah mencapai Rp 3.500. Namun untuk gula belum ada kenaikan, karena pihak importir PTPN XI belum meningkatkan harga. ‘’Meski harga beras sudah meningkat, hingga kini belum ada pembelian dalam jumlah besar. Penjualan untuk kedua komoditi tersebut masih berjalan stabil,’’ ujarnya, di Denpasar, Selasa (20/9) kemarin. Sementara salah seorang pedagang sembako di Tabanan, Agus Suarsana mengatakan, kebutuhan pokok seperti minyak goreng curah dan tepung terigu sudah mengalami peningkatan harga. Cuma harga peningkatannya bervariasi 2-5 persen. ‘’Saat ini harga beberapa kebutuhan pokok seperti minyak goreng curah dan tepung terigu. Namun kami tidak tahu, apakah ketika harga kenaikan BBM diumumkan, harga kebutuhan meningkat lagi? Terlebih rencana kenaikan harga BBM itu mencapai 80 persen,’’ ujarnya. Hal senada juga diungkapkan owner Citi Computer, Ir. Komang Purnama. Menurutnya, harga piranti komputer juga mengalami peningkatan. Tetapi kenaikan harga peranti komputer, tidak 100 persen disebabkan oleh kenaikan harga BBM, melainkan karena melemahnya rupiah terhadap dolar AS. ‘’Memang harga piranti komputer mengalami peningkatan hingga 5 persen, namun hal ini lebih disebabkan pada melemahnya harga rupiah terhadap dolar AS. Biasanya kalau harga BBM meningkat, dampak yang dirasakan pengusaha komputer adalah bertambahnya biaya pengiriman barang dan jumlahnya tidak begitu besar,’’ paparnya.

Rencana Opas
Sementara itu, Sekretaris Tim 10 yang juga plt. Kasubdin Perdagangan Disperindag Denpasar Ketut Suryadi mengatakan, meski terjadi kelangkaan MT, Disperindag belum berani melakukan operasi pasar (opas) MT. Sebab, hal tersebut harus dilakukan koordinasi dengan Pertamina, Hiswanamigas dan DPRD Kota Denpasar. ‘’Memang dari Hiswanamigas menyebutkan adanya opas, namun kami belum berani melakukan hal tersebut. Sebab untuk melakukan opas harus dikoordinasikan dengan DPRD Kota Denpasar, Pertamina dan Hiswanamigas. Di samping perlu adanya kunjungan ke lapangan (survai),’’ ujarnya. Lantas, apakah di Kota Denpasar diperlukan opas? Menurut Suryadi, jika dilihat dari kuota MT yang diterima kota Denpasar yakni 100 KL per hari dengan kebutuhan masyarakat yang melebihi angka tersebut, opas dianggap perlu. Terlebih penambahan kuota yang diajukan, belum juga terealisasi. ‘’Opas ini diperlukan untuk menanggulangi kebutuhan jangka pendek,’’ ujarnya. Jika opas disetujui oleh anggota Tim 10, dia telah mempunyai titik-titik untuk digelar opas seperti di Penatih, Sanur, Sumerta, Peguyangan dan Serangan. Sementara pjs. Humas Pertamina Upms V Denpasar, AY Pamuji Harjo mengatakan, sampai saat ini Pertamina belum berani menggelar opas, meski harga dari informasi harga MT mencapai Rp 2.500 per liter. Pasalnya, Pertamina tidak memiliki kewenangan untuk menggelar opas. Pertamina hanya bertugas menyalurkan MT berdasarkan kuota yang telah ditetapkan pemerintah. ‘’Tim 10 yang diketuai Disperindag Kota Denpasar yang berwenang menggelar opas. Namun dalam waktu dekat ini kami (Pertamina) akan bertemu dengan Disperindag Kota Denpasar untuk membicarakan opas ini,’’ ujarnya. *nat

Kalau udah seperti ini apa boleh buat