Denpasar - Arus lalu lintas perdagangan bahan bakar minyak (BBM) khususnya solar di Pelabuhan Benoa untuk kapal-kapal ikan, Kamis (14/7) kemarin, masih cukup aman. Kenaikan harga solar menjadi Rp 4.700 per liter tidak menimpa kalangan kapal-kapal ikan di Pelabuhan Benoa tersebut.Menurut pemantauan BisnisBali, Kamis (14/7) kemarin, para pemilik kapal ikan di Benoa -- baik di atas 30 gross ton (GT) maupun di bawah 30 GT -- masih tetap mendapatkan harga solar bersubsidi antara Rp 2.100-Rp 2.200 per liter. Menurut Wayan Tinggal, salah seorang manajer perusahaan yang bergerak di bidang pendistribusian solar untuk kapal-kapal ikan di Benoa, kenaikan harga solar diperuntukan bagi industri pertambangan dan industri yang berorientasi ekspor. Industri transportasi tidak ikut terkena kenaikan harga solar tersebut. Ketika diminta konfirmasinya, Tinggal menjelaskan, selama ini untuk daerah Bali belum ada pemakaian solar sampai 500 kiloliter (KL) setiap bulan. Dengan begitu, Bali masih mendapatkan solar dengan harga bersubsidi. Menyinggung kemungkinan ada kapal ikan asing mengisi solar di Pelabuhan Benoa, Tinggal menjelaskan, pada umumnya jika ada kapal asing bersandar dan mengisi solar di Benoa, pemiliknya mesti berhubungan langsung dengan Pertamina Denpasar. Kapal asing yang memerlukan solar sesuai undang-undang harus membeli solar dengan nilai valuta asing dan bukan dengan nilai rupiah. Dia menegaskan, solar bersubsidi hanya diperutukkan bagi masyarakat Indonesia, bukan untuk orang asing. Dengan latar belakang itu, kapal asing yang mengisi solar di Pelabuhan Benoa harus membeli dengan harga dua kali lipat dibandingkan harga BBM solar untuk bangsa Indonesia,’’ tegas Wayan Tinggal. Menyinggung kemungkinan harga solar bersubsidi juga dinaikkan, Wayan Tinggal memprediksi, bisa saja. Namun kenaikan harga solar bersubsidi kemungkinan memerlukan waktu cukup lama. Sebelum dinaikkan, Pertamina terlebih dahulu mensosialisasikannya kepada masyarakat. *dra
